Rabu, 26 Maret 2014

Remaja dan Pergaulan Bebas

Remaja dan Pergaulan Bebas
Oleh : Eko Kurniawan Prasetio*

Ditengah berbagai prestasi yang diraih remaja Indonesia dalam ajang penelitian, olimpiade sains, olimpiade matematika, seni, olah raga dan lomba mobil hemat energi yang baru-baru ini dilaksanakan. Disisi lain remaja-remaja Indonesia saat ini juga terancam dalam masa chaos. Tuntutan gaya hidup perkotaan dan tekanan ekonomi membuat remaja-remaja Indonesia terperangkap dalam gaya hidup bebas yang berimbas pada meningkatnya seks bebas di kalangan remaja.
Sudah sejak lama peringatan tentang bahaya pergaulan bebas sering dibahas. Baik dari seminar-seminar, orang tua, guru-guru di sekolah, bahkan pemerintah ikut turun tangan meminimalisir terjadinya seks bebas dengan cara membuat iklan-iklan yang berisi himbauan untuk menghindari pergaulan seks bebas.
Pergaulan bebas sendiri dapat diartikan sebagai suatu pergaulan yang tidak memiliki batasan, mengabaikan norma-norma agama maupun sosial Masyarakat. Oleh karena itu, pergaulan bebas cenderung kepada hal-hala yang negatif, seperti seks bebas, pemakaian narkoba, kehidupan malam di diskotek atau tempat hiburan, dan lain sebagainya.
Remaja merupakan subyek yang paling banyak terjun pada pergaulan bebas. Ini bisa dipahami, karena remaja berada dalam masa transisi antara kehidupan dewasa dan anak anak, selain itu remaja juga berada dalam masa pencarian jati diri untuk menunjukkan eksistensi keberadaan dirinya. Namun disisi lain remaja mengalami emosi yang tidak stabil sehingga mudah dipengaruhi teman dan memprioritaskan solidaritas kelompok. Pada masa ini juga terjadi peningkatan hormon yang mengakibatkan terjadinya perubahan fisik yang cepat. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal yang dimiliki menjadikan remaja memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan.