Menyingkap Rahasia Kecerdasan Rasulullah
Tinjauan Berdasarkan al-Qur’an,
Sunnah dan Sains
Oleh : Eko Kurniawan
Prasetio*
Al Qur’an menempatkan ilmu pengetahuan sedemikian penting dan
tinggi. Perintah membaca misalnya, sebagai pintu kegiatan mengembangkan ilmu
pengetahuan, diturunkan pertama kali
dari seluruh ayat al Qur’an lainnya. Misi Rasulullah yang disebutkan pertama
kali adalah tilawah,
artinya adalah membaca. Semua itu sebenarnya bisa ditangkap bahwa Islam
mengutamakan ilmu pengetahuan sebagai pintu seseorang menjadi semakin cerdas.
Cerdas atau berakal dalam Al
Qur’an adalah ketika berpadunya pikir dengan dzikir dalam diri seorang muslim
sejati. Pikir adalah kerja otak dan dzikir merupakan kerja hati, hati yang
sehat dan hidup yakni selalu ingat kepada Allah SWT. Didalam Al Qur’an penyebutan kata
berakal atau berfikir tersebar tidak kurang dalam 19 ayat, Seperti Firman Allah
SWT dalam QS.Ar Ra’d ayat : 19
” Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah
orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”
Manusia barulah dikatakan cerdas lahir dan batin jika
berhasil menguasai tiga tingkat kecerdasan yakni: Intelektualnya, Emosionalnya,
dan Spritualnya. Muhammad SAW tidak diragukan lagi memiliki tiga kecerdasan
tersebut. Kecerdasan Rasulullah Muhammad SAW telah nampak ketika beliau masih
kecil dan berkembang setelah beliau remaja dan dewasa menjadi seorang pemuda
yang dikenal oleh orang sekitarnya sebagai pribadi yang jujur dan baik. Bahkan
kecerdasan beliau adalah kecerdasan yang murni langsung didikan dari “Sang Maha
Guru” Allah SWT. Sejarah mencatat, beliau tidak pernah berguru kepada manusia
lainnya, bahkan diriwayatkan bahwa beliau adalah seorang yang buta huruf dan
tidak pernah sekolah, sehingga kecerdasan beliau merupakan hikmah dan anugerah
langsung dari “Sang Pemilik Kecerdasan” Allah SWT.
Muhammad kumpulan berbagai
kecendikiaan
Pribadi Muhammad Saw merupakan kumpulan dari berbagai
kecendikiaan, sehingga memungkinkan ia mendirikan sebuah umat, agama, dan
negara dari nol (Yasien, 2002: 56). Sesuatu yang belum pernah dimiliki oleh
tokoh besar sejarah. Suatu sosok pribadi unik dalam keluhuran dan
kesempurnaannya, belum pernah ada manusia melihat tandingan sepanjang
sejarahnya. Maka layakalah semua kepala ditundukkan di hadapan biografinya yang
semerbak wangi sebagai tanda penghormatan dan keagungan.
Dan dalam kenyataannya pun Nabi Muhammad adalah seorang yang
cerdas dan cerdik. Seandainya tidak demikian, niscaya tidak akan beliau dapat
memimpin dan memperbaiki keadaan bangsa Arab yang umumnya bertabiat begitu
kasar, begitu keras dan bengis, sehingga menjadi bangsa atau umat yang baik dan
maju dalam kebaikan yang belum pernah ada yang menyamakannya di muka bumi ini. Para
pemikir dan filusuf pun mengakui akan kecerdasan Nabi Muhammad. Dalam
kesempatan ini akan dipaparkan beberapa filusuf yang mengakui kecerdasan Nabi
Muhammad SAW
1.
MICHAEL
HART seorang Profesor astronomi, fisika dan sejarah sains dalam bukunya The 100, menobatkan nabi Muhammad SAW
sebagai figur paling berpengaruh dalam sejarah manusia, mengalahkan figur besar
mana pun (Santosa, 2011: 13). Ia mengatakan “Jika keagungan sebuah tujuan,
kecilnya fasilitas yang diberikan untuk mencapai tujuan tersebut, serta
menakjubkannya hasil yang dicapai menjadi tolok ukur kejeniusan seorang
manusia; siapakah yang berani membandingkan tokoh hebat manapun dalam sejarah
modern dengan Muhammad? Ada setidaknya dua alasan untuk itu. Pertama, Sang Nabi
menerapkan sintesis. Kedua, Sang Nabi menerapkan metode duplikasi. Nabi
Muhammad menerapkan sintetis, maksudnya ia menempatkan dirinya sebagai
generalis. Buktinya, beliau pernah menjadi penggembala, panglima perang, enterpreneur, pedagang, motivator bahkan
pernah pula menjadi kepala negara. Selain menerapkan sintetis nabi Muhammad
juga menerapkan duplikasi. Maksudnya ia memilih cara-cara yang alami, sangat
manusiawi, bisa diteruskan dan ditiru.
2. MAHATMA
GANDHI (Mohandas Karamcham Gandhi), Bapak India, Tokoh Pemikir, negarawan, dan
pemimpin nasionalis India. “Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang
paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang
memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari
kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar
biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya
pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala
halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad),
saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari hidupnya yang agung.
3.
SIR
GEORGE BERNARD SHAW, (26 July 1856 – 2 November 1950), Tokoh Irlandia, Pendiri
London School of Economics. “Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena
potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki
kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad
sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti-kristus, dia harus
dipanggil ’sang penyelamat kemanusiaan” “Saya yakin, apabila orang semacam
Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil
mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan
kebahagiaan yang dibutuhkan dunia (The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936.)
4. THOMAS
CARLYLE (4 December 1795 – 5 February 1881) Penulis Besar dari Scotlandia
“Betapa menakjubkan seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang
saling berperang dan kaum nomaden (Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling
maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua dekade.
“Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini
(Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri. “Sesosok jiwa besar yang
tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk
menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia.
Di Balik Kecerdasan Rasulullah SAW
Nabi Muhammad memang
tidak bisa membaca dan menulis hal ini membuktikan bahwa wahyu Ilahi itu bukan
karangannya. Tapi bukan berarti Nabi Muhammad seorang yang bodoh, ia merupakan
manusia tercerdas yang pernah ada. Dimana Ia mampu merubah kondisi suatu bangsa
yang penuh perpecahan, dan ketertinggalan menjadi bangsa yang maju hanya dengan
fasilitas yang seadanya dalam waktu kurang dari 2 dekade. Dengan kecerdasan
yang dimiliki sudah pasti Nabi Muhammad
memiliki otak yang sangat brilian.
Dari segi anatomi-fisiologi tubuh,
otak merupakan satu-satunya bagian tubuh yang belum tuntas diselidiki. Brain era (1990-2000) yang ditetapkan
oleh pemerintah Amerika memang telah menghasilkan banyak informasi baru tentang
otak, tetapi ternyata itu tidak tuntas menggambarkan otak manusia. Temuan yang
diganjar Nobel Kedokteran bagi Eric Kandel, Arvid Carlsson, dan Paul Greengard
tidak menuntaskan kemisterian otak
manusia. Ada miliaran sel saraf dalam otak manusia, ada miliaran partikel yang
tersimpan di dalamnya. Komposisi itu tidak saja memusingkan, tapi juga
menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat mendalam.
Dengan kecerdasan yang dimiliki oleh
Rasulullah, apakah hal ini juga dipengaruhi oleh ritual ibadah yang sering
dilaksanakannya. Apakah Ibadah yang diperintahkan Allah SWT, turut membantu
meningkatkan kecerdasan, dalam kesempatan ini akan dibahas beberapa ritual
ibadah yang rutin dilaksanakan Rasulullah yang mampu meningkatkan kecerdasan
Musik
Klasik Vs Bacaan Al Quran
Kepercayaan orang
barat bahwa musik terutama mozart dapat meningkatkan kecerdasan sudah diyakini
sejak tahuan 1950-an, mitos ini kemudian diteliti secara lebih serius pada
tahun 1990-an. 36 siswa dalam sebuah studi di University of California di
Irvine mendengarkan 10 menit sonata Mozart sebelum mengambil tes IQ. Menurut Dr
Gordon Shaw, psikolog yang bertanggung jawab atas penelitian ini, skor IQ siswa
naik sekitar 8 poin akibat dirangsang oleh alunan musik Mozart, sejak itulah
istilah “Mozart effect ” lahir.
Namun setelah
bertahun-tahun, orang mulai ragu akan kesahihan dari ‘Mozart effect’ ini dan
penelitian tandingan yang menghasilkan kesimpulan kontradiktif dengan kesimpulan
diatassudah dilakukan. Beberapa peneliti dari University of Vienna, Austria
yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka
yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil
penelitian musik yang melegenda ini.
Musik diakui
meningkatkan kecerdasan pada ibu yang sedang mengandung, namun secara tidak
langsung yaitu dengan efeknya yang menenangkan sehingga syarat psikologis dan
emosional sang ibu memenuhi syarat untuk menciptakan suasana dan lingkungan
rahim yang kondusif untuk pembangunan dan pertumbuhan otak sang janin. Stimulan
serupa juga didapati pada Al-Quran, diyakini juga bahwa Al-Quran membawa
pengaruh-pengaruh positif lain yang luar biasa disebabkan oleh sumber Al-Quran
yang ilahiah, dan juga berdasarkan banyaknya kesaksian orang-orang yang
merasakan pengaruh Al-Quran secara langsung maupun tak langsung. Keyakinan ini
terus diupayakan diteliti sehingga dapat dijelaskan lebih baik dalam ranah
ilmiah.
Sudah diteliti dan
didapati fakta bahwa memperdengarkan Al-Quran kepada bayi akan meningkatkan
tingkat inteligensia sang bayi. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil
penelitian ini dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam. Setiap
suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Dan
ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai
dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi
otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan Al-Qur’an
memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek
menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh,
meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan
suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan,
mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa,
dan lain sebagainya.
Kalau musik klasik
disimpulkan dapat mempengaruhi kecerdasan melalui pengaruh positifnya terhadap
stimulan psikologis dengan efektivitas sebesar 65% maka seharusnya Al-Quran
yang adalah Kalamullah bisa lebih baik lagi. Al-Qur’an tetaplah obat dan terapi
serta stimulan yang terbaik.
Efek Metabolik Puasa
Penelitian medis yang pernah dilakukan terhadap 298 orang
yang berpuasa di bulan ramadhan pernah dilakukan oleh Muazzam dan Khaleque dan
dilaporkan dalam majalah Journal of Tropical Medicine pada 1959. Juga oleh
Chassain dan Hubert, yang dilaporkan dalam Journal of Physiology pada 1968 (Hashman, 2009: 143). Pada kesimpulannya,
mereka menemukan bahwa tidak ada perubahan signifikan kadar unsur kimia dalam
darah orang berpuasa selama bulan ramadhan. Puasa juga mempengaruhi kemampuan
kosnsentrasi bepikir di otak, karena darah tidak terkonsentrasi di saluran pencernaan,
sehingga otak cukup mendapat supply maksimal ketika ia bekerja sehingga
kegiatan berpikirnya menjadi maskimal.
Ketua Centre for
Neuroscience, Health, and Spirituality (C-NET) Doktor Taufiq Pasiak mengatakan
bahwa puasa menjadi latihan mental yang berkaitan dengan sifat otak, yakni
neuroplastisitas. “Sel-sel otak dapat mengalami regenerasi dan membentuk
hubungan struktural yang baru, salah satunya karena latihan mental yang
terus-menerus, apabila seseorang melakukan perbuatan baik secara terus-menerus,
struktur otaknya akan berubah. Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah sel saraf
itu minimal 21 hari.
Selain membentuk
struktur otak baru, puasa juga merelaksasi sistem saraf, terutama otak.
Contohnya, otak dapat mengingat dengan baik di saat tenang dan rileks. Ketika
tidur, biasanya orang bermimpi. Kenapa? Karena di waktu ini otak hanya menerima
dan mengelola informasi yang berasal dari dalam dirinya. Di dalam Al-Quran, ada
istilah an-nafsul-muthmainah (jiwa yang tenang) karena memang dalam suasana
tenang orang dapat berpikir dengan baik dan memiliki kepekaan hati yang tajam.
Otak terdiri atas
triliunan sel yang terhubung satu dengan lainnya. Di dalamnya bisa disimpan 1
miliar bit memori atau ingatan. Ini sama dengan informasi dari 500 set
ensiklopedia lengkap. Di dalam otak, ada sel yang disebut sebagai neuroglial
cells. Fungsinya sebagai pembersih otak. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang
mati atau sakit akan ‘dimakan’ oleh sel-sel neuroglial ini. Fisikawan Albert
Einstein dikenal sebagai orang yang suka berpuasa. Ketika mendonasikan
tubuhnya, para ilmuwan menemukan sel-sel neuroglial di dalam otak Einstein 73
persen lebih banyak ketimbang orang kebanyakan.
Sebuah penelitian
yang dilakukan John Rately, seorang psikiater dari Universitas Harvard, Amerika
Serikat, menunjukkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori meningkatkan
kinerja otak. Dengan alat functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI), Rately
memantau kondisi otak mereka yang berpuasa dan yang tidak. Hasilnya, orang yang
shaum memiliki aktivitas motor korteks yang meningkat secara konsisten dan
signifikan.
SUJUD
Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinu dapat memacu kecerdasan.
Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinu dapat memacu kecerdasan.
Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry ,
AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan
masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai
gerakan sujud. Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan
(stretching) . Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah.
Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota
tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.
Memeluk
Islam Kerana Mengkaji Wudhu
Prof Leopold Werner von Ehrenfels,
seorang psikiater dan sekaligus neurology dari Austria, menemui sesuatu yang
menakjubkan terhadap wudhu. Ia mengemukakan satu fakta yang sangat mengejutkan.
Bahwa pusat-pusat
saraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi,
tangan, dan kaki. Pusat-pusat saraf tersebut sangat sensitif terhadap air
segar. Dari sini ia menemui hikmah di sebalik wudhu yang membasuh pusat-pusat
saraf tersebut. Malah ia mencadangkan agar wudhu bukan hanya milik dan
kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan. Dengan
sentiasa membasuh air segar pada pusat-pusat saraf tersebut, maka berarti orang
akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya Leopold
memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Yang paling penting
dari wudhu ialah kekuatan simboliknya, yakni memberikan rasa percaya diri
sebagai orang yang ‘bersih’ dan setiap waktu dapat menjalankan ketaatannya
kepada Tuhan. Selain itu dengan wudhu akan menjadikan rileks, sehingga ketika
akan belajar kita dianjurkan untuk berwudhu terlebih dahulu.
Daftar Pustaka
Fachri, M.
Yasser. 2009. Muhammad saw On Facebook. Bandung:
Hikmah
Hashman, Ade. 2009. Kenapa Rasulullah Saw Tidak Pernah Sakit. Jakarta:
Penerbit Hikmah
http://ramadhan.eramuslim.com/musik-klasik-vs-al-quran/Ilahi, Fadhl. 2006. Khalid, Amru.
2008. Potret Rasulullah. Jakarta:
Samara Publishing
Muhammad Saw Sang Guru Yang Hebat. Surabaya: eLBA
Pasiak,
Taufik. 2008. Revolusi IQ/EQ/SQ. Bandung:
PT Mizan Pustaka
Santosa, Ippho. 2011. Muhammad Sebagai Pedagang. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Yasien, Khalil Asy
Syaikh. 2002. Muhammad di Mata
Cendekiawan Barat. Jakarta: Gema Insani Press